BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan lingkungannya terutama dengan sesamanya, baik dalam sebuah kelompok kecil maupun dalam sebuah kelompok yang amat besar. Kelompok ini dapat terbentuk secara formal ataupun informal yang mengikuti aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku. Sudah pasti kita termasuk dalam kelompok-kelompok tersebut misalnya keluarga, perkumpulan sosial, persatuan olah raga, ataupun unit kerja tertentu, biasanya dalam perkumpulan tersebut terdapat beberapa orang yang mempunyai kelebihan dan memiliki pengaruh terhadap yang lain, di mana kelebihan tersebut bisa berupa kekuasaan, kewenangan, kewibawaan, dan kemampuan adaptasi diri secara cepat dan tepat dalam berbagai situasi. Orang yang paling berpengaruh dalam kelompok mendapat predikat pemimpin atau penguasa (Thoha, 2001:10).
Seiring dengan perkembangan, Pada awal tahun 2006 Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) membangun suatu jaringan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dikenal sebagai Wide Area Network (WAN), untuk kepentingan meningkatkan koordinasi lembaga dan pemerataan akses pendidikan di seluruh wilayah Indonesia, yaitu Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas). Jaringan tersebut menghubungkan kantor pusat Depdiknas dengan kantor-kantor Dinas Pendidikan Propinsi, kantor-kantor Dinas Pendidikan Kabupaten./Kota, Information and Communication Technology (ICT) Center, dan sekolah-sekolah.
Untuk merawat Jardiknas perlu disiapkan tenaga-tenaga teknis yang memiliki kompetensi bidang TIK khususnya komputer dan jaringan. Berawal dari masalah diatas, program Beasiswa Unggulan, Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri (BPKLN) Depdiknas melakukan rintisan program Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ) jenjang Diploma-III bidang Teknik Komputer dan Jaringan, atau disebut PTJJ-D3TKJ, melalui pemberian bantuan beasiswa kepada peserta yang terpilih sebagai mahasiswa Teknik Jaringan dan Komputer di lingkungan Dinas Pendidikan Propinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten./Kota, ICT Center, dan sekolah.
Pada bulan Februari 2008 dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara Kepala Biro BPKLN Depdiknas dengan Direktur SEAMOLEC (Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Open Learning Centre), sebagai pusat pengembang dan capacity builder dalam open and distance learning di regional Asia Tenggara, agar dapat melakukan suatu monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan PTJJ-D3TKJ yang telah dan sedang berjalan.
Biro BPKLN melalui nota kesepahaman tersebut, SEAMOLEC menyiapkan program monitoring dan evaluasi yang komprehensif atas PTJJ-D3TKJ yaitu Hybrid Learning for Indonesian Computer Technician atau di singkat HiForce.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan :
a. Bagaimana meningkatkan kapasitasnya 2x/3x/5x dari kapasitas yang ada ?
b. Bagaimana penempatan / penghargaan gelombang I dan II D3 TKJ termasuk honornya ?
c. Berapa besar potensi angkatan ke III, IV dan V dst dengan memanfaatkan jumlah sekolah yang ada ?
d. Bagaimana perbandingan kompetensi mahasiswa D3 TKJ dengan mahasiswa regular ?
1.3 Batasan Masalah
Untuk Batasan masalah dalam monitoring dan evaluasi program HiForce :
a. Penelitian potensi ini dilakukan hanya pada Provider STMIK Tasikmalaya yang berada di Kota Tasikmalaya dan mencakup wilayah Kabupaten ciamis, Kabupaten Banjar, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kota Tasikmalaya berikut potensinya.
b. Penelitian dilakukan pada mahasiswa D3 Teknik Jaringan dan Komputer(TKJ)
1.4 Maksud Dan Tujuan
1.4.1 Tujuan
Sebagai tujuan di adakannya Monitoring dan Evaluasi Hi Force adalah :
1. Mensinkronkan pelaksanan PTJJ-D3TKJ dengan standar open and distance learning (ODL) SEAMOLEC.
2. Memanfaatkan sistem jaringan Southeast Asia Edication Network (SEA-EduNet) sebagai media dan sarana pemerataan, sinkronisasi, dan koordinasi terkait materi dan data perkuliahan PTJJ-D3TKJ.
3. Meningkatkan dan memeratakan kualitas Provider PTJJ-D3TKJ melalui pembentukan kelompok bersama pengembang kurikulum dan silabus yang dikoordinir oleh Provider berakreditasi terbaik.
4. Membantu Provider dalam meningkatkan pemerataan dan perluasan akses pendidikan tinggi kepada masyarakat melalui PTJJ.
1.4.2 Manfaat
Manfaat pembuatan skripsi ini :
1.4.2. 1 Bagi Penulis
a. Untuk menyelesaikan proyek akhir dari STTAR
1.4.2. 2 Bagi Institusi
Sebagai monitoring pengembangan provider Tasikmalaya yang di adakan oleh SEAMOLEC .
1.4.2. 3 Bagi Masyarakat
Untuk memperkenalkan pendidikan jarak jauh pada masyarakat Tasikmalaya yang belum tau tentang Pendidikan Terbuka dan jarak jauh (PT/JJ).
BAB II
TEORI PENUNJANG
2.1 Pendidikan jarak jauh
2.1.1 Pengertian Pendidikan Jarak Jauh
Bentuk pembelajaran mandiri yang terorganisir secara sitematis, di mana konseling, penyajian materi pembelajaran, dan penyeliaan serta pemantauan keberhasilan siswa dilakukan oleh sekelompok tenaga dosen yang memiliki tanggung jawab yang saling berbeda. Pembelajaran dilaksanakan secara jarak jauh dengan menggunakan bantuan media.
Keunikan Pendidikan jarak Jauh dibandingkan Pendidikan tatap muka (PTM)
Variable PTM PJJ
Pendaftaran Peserta didik terikat waktu Peserta didik bebas memilih waktu
Pemilihan Program Terpaket, peserta didik harus mengambil seluruh mata kuliah Perserta didik bebas memilih sesuai kebutuhan
Proses Pembelajaran Terikat jadwal pertemuan tatapmuka dibawah bimbingan dosen Bebas menentukan jadwal belajar dan tatap muka dengan tutor
Pendekatan Pembelajaran Dominan tatap muka Dominan jarak jauh (belajar mandiri)
Jumlah peserta didik Terbatas Masal
2.1.2 Konsep Pendidikan Terbuka /Jarak Jauh PT/JJ
2.1.1.1 Perkembangan batasan Pendidikan Terbuka/jarak jauh PT/JJ
Pendidikan Terbuka/Jarak Jauh itu sudah timbul bertahun-tahun sebelum kita, bangsa Indonesia, mengenalnya. Pengertian atau batasan PT/JJ itu berkembang dari waktu ke waktu.
Keegan (1986) mencatat perkembangan batasan yang dibuat oleh berbagai ahli Pendidikan Terbuka/Jarak Jauh dan menyusunnya secara kronologis seperti diuraikan di bawah ini. Pada tahun 1967, misalnya, G. Dogmen membuat batasan mengenai PT/JJ sebagai berikut: Pendidikan Terbuka/Jarak Jauh adalah sistem pendidikan yang menekankan pada cara belajar mandiri (self study). Belajar mandiri diorganisasikan secara sistematis. Pada cara belajar ini penyajian bahan belajar, pemberian konsultansi kepada siswa, dan pengawasan serta jaminan keberhasilan siswa dilakukan oleh tim guru. Masing-masing guru mempunyai tugas dan tanggung jawab sendiri-sendiri. Menurut dia, PT/JJ itu merupakan kebalikan dari “pendidikan langsung” atau “pendidikan secara tatap muka antara siswa dan guru”
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa menurut Dogmen ciri-ciri PT/JJ adalah:
• ada organisasi yang mengatur cara belajar mandiri itu,
• bahan belajar disampaikan melalui media,
• tidak ada kontak langsung antara pendidik dengan peserta didik.
Pada tahun 1968, G. Mackenzie, E. Christensen, dan P. Rigby mengatakan bahwa: Sekolah korespondensi sebagai salah satu bentuk PT/JJ merupakan metode pembelajaran yang menggunakan korespondensi sebagai alat untuk berkomunikasi antara peserta didik (siswa) dengan pendidik (guru).
Menurut mereka karakteristik PT/JJ adalah sebagai berikut:
• Siswa dan guru bekerja secara terpisah.
• Siswa dan guru dipersatukan melalui korespondensi.
• Perlu adanya interaksi antara siswa dan guru.
Pada tahun 1971 di Perancis ada undang-undang yang mengatur penyelenggaraan BT/JJ. Hukum tersebut memuat batasan sebagai berikut: Pendidikan Terbuka/Jarak Jauh itu merupakan bentuk pendidikan yang memberikan kesempatan kepada siswanya untuk belajar secara terpisah dari gurunya. Pertemuan antara guru dan siswa hanya dilakukan kalau ada peristiwa yang istimewa atau untuk melakukan tugas-tugas tertentu saja.
Menurut batasan di atas ada dua ciri utama yang menonjol, yaitu:
• terpisahnya guru dan siswa,
• adanya kemungkinan untuk acara pertemuan atau pelajaran secara tatap muka tertentu antara guru dan siswanya
Pada tahun 1973 O. Peter memberikan batasan pada PT/JJ sebagai berikut: Pendidikan Terbuka/Jarak Jauh adalah metode penyampaian ilmu, keterampilan, dan sikap yang dipengaruhi cara-cara mengelola suatu industri. Seperti halnya dalam industri, sistem PT/JJ dikembangkan dan dikelola dengan mengadakan pembagian tugas yang jelas antara yang mengembangkan, yang memproduksi, yang mendistribusikan bahan belajar,.dan yang mengelola kegiatan belajar mengajar. Seperti halnya dalam industri, bahan belajar yang berupa program media diproduksi dalam jumlah besar dengan menggunakan teknologi yang maju dan kemudian didistribusikan kepada pengguna secara luas. Bahan belajar yang diproduksi dalam jumlah besar dengan mutu yang tinggi itu telah memberi kemungkinan untuk membelajarkan siswa dalam jumlah besar pada saat yang sama di mana pun mereka berada. Metode seperti itu dapat disebutkan sebagai mengindustrialisasikan cara belajar dan mengajar.
Batasan di atas mengandung beberapa karakteristik sebagai berikut:
• digunakannya media teknologi yang diproduksi dalam jumlah besar dengan mutu yang tinggi,
• pendidikan dapat diberikan secara massal,
• yang merancang, mengembangkan, meproduksi, membagikan bahan belajar dan yang mengelola kegiatan belajar mengajar orang yang berbeda-beda.
Pada tahun yang sama, yaitu th 1973 dan diulang lagi pada tahun 1977, M. Moore mengajukan batasan PT/JJ sebagai berikut: Pendidikan Terbuka/Jarak Jauh merupakan metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara terpisah dari kegiatan mengajarnya, sehingga komunikasi antara siswa dan guru harus dilakukan dengan bantuan media cetak, elektronik, mekanis, dan peralatan lainnya. Yang menonjol dalam batasan Moore itu adalah:
• terpisahnya siswa dan guru dalam proses belajar mengajar,
• digunakannya media untuk komunikasi antara siswa dan guru.
Pada tahun 1977, B. Holmeberg memberikan batasan sebagai berikut: Dalam sistem PT/JJ siswa belajar tanpa mendapatkan pengawasan langsung secara terus menerus dari tutor yang hadir di ruang belajar atau di lingkungan sekolah, namun demikian siswa mendapat keuntungan dari perencanaan, bimbingan, dan pembelajaran dari suatu lembaga yang mengorganisasikan PT/JJ itu. Yang menjadi fokus dari batasan Holmberg adalah:
• bahwa siswa dan guru bekerja secara terpisah,
• adanya perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh sesuatu lembaga pendidikan yang mengatur PT/JJ itu.
Setelah tahun 1997 batasan PT/JJ itu masih terus berkembang. Ciri-ciri yang menonjol selama masa perkembangan itu adalah terpisahnya siswa dan guru, adanya lembaga yang mengelola, digunakannya media untuk menyampaikan isi pelajaran, adanya komunikasi dua arah antara siswa dan guru, dan tidak adanya kelompok belajar yang tetap. Pada tahun 1980 Peter melontarkan kembali tambahan ciri pada PT/JJ yang mengatakan bahwa PT/JJ seolah-olah dikelola seperti industri. Pendapat Peter ini ada yang mendukung, tetapi juga ada yang tidak dapat menerima.
Di antara yang menolak teori industrialisasi itu adalah Baath. Dia mengatakan bahwa teori industrialisasi itu tidak dapat diterapkan pada PT/JJ yang kecil, dan PT/JJ yang tidak menggunakan bahan belajar yang diproduksi dalam jumlah besar. Karena itu batasan Peter itu tidak dapat dimasukkan ke dalam batasan umum sistem PT/JJ.
Banyaknya lembaga PT/JJ dan banyaknya batasan mengenai PT/JJ itu telah mendorong para ahli untuk terus mengadakan penelitian dan analisis. Menurut Keegan (1980) para peneliti itu pada akhirnya menyimpulkan batasan sebagai berikut:
Pendidikan Terbuka/Jarak Jauh adalah suatu bentuk pendidikan yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
• Dalam sistem PT/JJ siswa dan guru bekerja secara terpisah sepanjang proses belajar itu. Ini berarti bahwa siswa harus dapat belajar secara mandiri. Bantuan belajar yang diperoleh dari orang lain sangat terbatas. Ciri ini membedakan PT/JJ dari pendidikan konvensional yang memberikan pelajaran secara tatap muka.
• Dalam sistem PT/JJ ada lembaga pendidikan yang merancang dan menyiapkan bahan belajar, serta memberikan pelayanan bantuan belajar kepada siswa. Adanya lembaga pendidikan ini membedakan sistem PT/JJ dari proses belajar sendiri (private study) atau teach yourself program. Jadi kalau Anda membeli buku di toko dan kemudian belajar sendiri sehingga Anda memahami benar isi buku itu, itu tidak berarti bahwa Anda telah mengikuti sistem PT/JJ .
• Dalam sistem PT/JJ, pelajaran (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) disampaikan kepada siswa melalui media seperti media cetak, radio, kaset audio, TV, kaset video, slide, CD-ROM (program video dalam piringan kecil) dan sebagainya. Kecuali berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan isi pelajaran, media juga merupakan alat penghubung atau alat komunikasi antara siswa dan guru.
• Dalam sistem PT/JJ ada usaha untuk terjadinya komunikasi dua arah antara siswa dan guru atau antara siswa dengan lembaga penyelenggara, atau antara siswa dengan siswa lain. Inisiatif untuk berkomunikasi itu bukan hanya datang dari guru atau lembaga, tetapi dapat juga datang dari siswa. Ciri ini membedakan PT/JJ dari program siaran radio atau TV pendidikan yang hanya menyiarkan program-program pendidikan tanpa menjalin hubungan dua arah dengan pendengar atau penonton.
• Dalam sistem PT/JJ tidak ada kelompok belajar yang bersifat tetap sepanjang masa belajarnya. Karena itu siswa PT/JJ menerima pelajaran secara individual bukannya secara kelompok. Sekali waktu memang dapat dilakukan pertemuan kelompok siswa yang mempelajari mata pelajaran yang sama untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran atau sekedar untuk bersosialisasi.
2.1.3 Pendidikan konvensional dan non konvensional
Dalam membicarakan PT/JJ para ahli seringkali membadingkannya dengan pendidikan konvensional (pendidikan langsung=direct education) dan pendidikan nonkonvensional (pendidikan tidak langsung=indirect education). Dalam uraian berikut ini akan dibahas perbedaan pokok antara pendidikan konvensional dan non konvensional.
2.1.3.1 Pendidikan konvensional
Pendidikan konvensional ialah pendidikan persekolahan yang menggunakan sistem klasikal dalam menyampaikan pelajarannya. Kay dan Rumble (1979) memberi batasan pendidikan konvensional sebagai “proses pembelajaran berdasarkan pelajaran klasikal yang diberikan di sekolah, universitas, akademi, dsb. Pada sistem ini guru dan siswa secara fisik hadir di ruang kelas pada saat yang sama.” Dalam buku kepustakaan pendidikan dikatakan bahwa:”pendidikan konvensional itu merupakan penyediaan pendidikan yang biasa (normal) dan proses pembelajarannya berlangsung secara tatap muka di ruang kelas yang ada di sekolah. Pada pendidikan konvensional terdapat ciri-ciri sebagai berikut:
• Siswa dan guru hadir di ruang yang sama di waktu yang sama untuk melaksanakan proses belajar-mengajar.
• Proses belajar-mengajar dilakukan secara tatap muka.
• Tujuan belajar, bahan belajar, dan evaluasi belajar semuanya ditentukan oleh guru.
• Dalam sistem ini guru mengajar dan siswa mengikuti pelajaran dari guru.
2.1.3.1 Pendidikan non konvensional
Pendidkan dapat dikatakan langsung atau tidak langsung berdasarkan sesuai tidaknya dengan pendidikan konvensional. Pendidikan yang tidak diberikan secara tatap muka dapat disebut pendidikan tidak langsung. Pada pendidikan jenis ini isi pelajaran (learning contents) disampaikan melalui berbagai jenis media seperti surat, media cetak, kit belajar, media audio visual seperti radio, tv, kaset audio, kaset video, film, slide, pembelajaran dengan bantuan komputer, dan sebagainya. Karena itu pendidikan tidak langsung seringkali disebut juga pendidikan dengan perantaraan media (mediated education)
Pendidikan dengan perantaraan media atau pendidikan tidak langsung itu sedikitnya mempunyai dua karakteristik yang sama dengan karakteristik PT/JJ, yaitu bahwa
• Pada kedua sistem itu siswa dan guru tidak berada di satu ruang kelas pada saat proses belajar terjadi. Dengan perkataan lain pelajaran tidak disampaikan secara tatap muka.
• Pada kedua sistem itu pelajaran disampaikan dengan menggunakan perantaraan media.
Karena itu PT/JJ itu dapat digolongkan dalam pendidikan tidak langsung. Tetapi sebaliknya karena pendidikan tidak langsung itu tidak selalu memenuhi semua ciri atau karakteristik BT/JJ, maka pendidikan tidak langsung itu tidak identik dengan PT/JJ.
2.1.5 Dasar dan Hukum
Sistem pembelajaran jarak jauh menjadi sebuah inovasi yang berarti dalam dunia pendidikan di abad ke dua puluh ini. Sistem pendidikan jarak jauh telah menunjukkan kemampuannya untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan belajar dan berbagai macam tipe siswa di banyak negara.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang “Sistem Pendidikan Nasional”. Rumusan tentang Pendidikan Jarak Jauh terlihat pada BAB IV jalur, jenjang dan jenis pendidikan pada bagian kesepuluh Pendidikan Jarak Jauh pada pasal 31 berbunyi : (1) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan; (2) Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau regular; (3) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan; (4) Ketentuan menganai penyelenggaraan pendidikan jarak jauh sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
2.1.6 Sistem Pembelajaran Jarak Jauh
Program PJJ menggunakan sistem pembelajaran model hybrid. Model hybrid merupakan model pembelajaran yang menggabungkan model pembelajaran tatap muka dan model pembelajaran online. Materi perkuliahan diberikan secara langsung (tatap muka) dan secara online. Ragam bahan ajar yang diberikan meliputi :
- Bahan ajar cetak
- Bahan ajar audio visual
- Bahan ajar berbasis komputer (CAI)
- Bahan ajar berbasis jaringan (web-based)
Model hybrid ini memungkinkan mahasiswa untuk berinteraksi dan melakukan kegiatan belajar dengan dosen dan sesama mahasiswa lainnya dengan berbagai cara, seperti : Tatap muka resindensial, Interaksi online atau tutorial online, dan Tatap muka pada saat tutor kunjung.
Dalam aktivitas pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara dosen dengan mahasiswa (Heinich, dkk,1996). Dengan kata lain, media pembelajaran berperan sebagai perantara dalam pembelajaran yang dilakukan oleh antara dosen dengan mahasiswa. Heinich, Molenda, & Russel mengemukakan klasifikasi media yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran yaitu (1) Media yang tidak diproyeksikan, (2) Media yang diproyeksikan (projected media), (3) Media audio, (4) Media video dan film, (5) Komputer, dan (6) Multimedia berbasis komputer.
2.2 SEAMOLEC (Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Open Learning Centre)
2.2.1 Tentang SEAMOLEC
VISION
To be a center of expertise in open and distance learning
MISSION
To Serve one million clients by 2010
To assist SEAMEO Member Countries in identifying educational problems and finding alternative solutions for sustainable human resource development through the dissemination and effective use of open and distance learning.
Sejak penetapannya pada 27 Pebruari 1997, SEAMOLEC tidak hanya telah didahulukan pada persiapan dari dokumen syah sebagai satu baru SEAMEO memusat kecuali juga pada aktivitas budidaya sesuai dengan obyektifnya dan fungsi.
Selama pra penetapan dari SEAMOLEC, satu Gugus Tugas Indonesia (ITF) mewakili institusi terkait dibentuk. Anggota dari Gugus Tugas Indonesia adalah wakil dari Pusat untuk Teknologi Komunikasi dan Keterangan untuk Pendidikan (Pustekkom), Buka Indonesia universitas Belajar (UT), Bantuan Kerjasama Internasional Biro dari Kementerian dari Pendidikan dan Budaya (KLN biro pena), dan Asosiasi Indonesia dari Ahli Teknologi Bidang Pendidikan (IPTPI).
Kemudian, ITF diluas agar adalah satu Kelayakan Pembahasan SEAMOLEC Pasukan terdiri dari wakil dari Anggota Negara SEAMEO dan Sekretariat SEAMEO. Pasukan ini adalah untuk mempersiapkan dan mengendali kelayakan mempelajari untuk penetapan dari SEAMOLEC. Yang pasukan telah kerjakan sangat keras melalui dua bengkel SEAMEO (dikendali di Jakarta dan Yogyakarta) dan akhirnya dapat dengan sukses memenuhi tugasnya dengan menyampaikan pembahasan kelayakan melaporkan ke Pejabat Tinggi SEAMEO Menjumpai (HOM) di Bangkok, Thailand dan Dewan Konferensi SEAMEO di Manila, Philippina.
Dasar pemikiran untuk penetapan dari SEAMOLEC, antara orang lain adalah hukuman yang sekolah konvensional sendirian tidak akan mampu untuk pertemuan Pendidikan bagi seluruh. Lagipula, beberapa anggota negara SEAMEO telah menerapkan program buka dan pendidikan jarak jauh sebagai jalan alternatif untuk peningkatan kesempatan dan akses untuk pelajar untuk berpartisipasi di bidang pendidikan / pelatihan program.
Di sana masih beberapa anggota negara SEAMEO yang belum juga apapun buka penerapan dan program pendidikan jarak jauh sungguhpun kebutuhan untuk Pendidikan dan pelatihan tidak dapat disediakan oleh institusi konvensional yang sudah ada. Agar meningkatkan implementasi dari buka dan pendidikan jarak jauh dan menaruh perkembangan dengan buka yang sudah ada dan program pendidikan jarak jauh untuk mengimbangi permintaan dari "bagi seluruh Pendidikan", SEAMOLEC memproyeksikan usulan dikembangkan.
2.2.2 Keanggotaan SEAMOLEC
- Brunai Darussalam
- Malaysia
- Thailand
- Cambodia
- Indonesia
- Philipphines
- Myanmar
- Timor-leste
- Socialist Republic of Vietnam
- Lao PDR
- Singapore
2.2.3 Program-program SEAMOLEC
- Clearing House of ODL
- Consulting service
- Human resource Developmen
- Information and Technology Development
- Research and Development
- training
2.3 BPKLN (Badan Perencanaan dan Kerjasama Luar Negri)
2.3.1 Tentang BPKLN
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional, No. 029/0/2002, tanggal 18 Maret 2002, Biro Perencanaan Dan Kerjasama Luar Negeri merupakan salah satu Biro dari 6 Biro yang ada di lingkungan Sekretariat Jenderal, Departemen Pendidikan Nasional.
Biro Perencanaan Dan Kerjasama Luar Negeri mempunyai tugas melaksanakan, mengkoordinasikan, dan membina hubungan kerja sama dengan luar negeri, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat dan lembaga negara di bidang pendidikan, pemuda dan olahraga.
Dalam melaksanakan tugas tersebut Biro Perencanaan Dan Kerjasama Luar Negeri menyelenggarakan fungsi:
1. Pelaksanaan urusan kerjasama bilateral, regional, multilateral dan internasional di bidang pendidikan, pemuda dan olahraga.
2. Pelaksanaan urusan dan koordinasi pengiriman dan penerimaan tenaga dari dan ke luar negeri.
3. Pelaksanaan urusan dan koordinasi hubungan antar lembaga, penerangan, dan publikasi kebijakan dan kegiatan departemen.
4. Pelaksanaan urusan administrasi kerjasama.
5. Pelaksanaan urusan Sekretariat Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO.
2.3.2 STRUKTUR ORGANISASI BIRO PERENCANAAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI
Biro Kerjasama Luar Negeri terdiri dari atas 5 Bagian yaitu:
1. Bagian Kebijakan
2. Bagian Perencanaan Program
3. Bagian Sistem Informasi
4. Bagian Kerjasama Luar Negeri
5. Bagian Fasilitas Layanan Internasional
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam menyusun penulisan ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang meneliti suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas pada masa sekarang (Nazir, 1999:63). Dengan metode deskriptif ini penulis mencoba membuat satu deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena-fenomena yang terjadi.
Pola pendekatan yang dilakukan dalam memecahkan permasalahan yakni dengan menggunakan desain deskriptif-analitis. Melalui pendekatan studi deskriptif-analisis ini diharapkan dapat memberikan satu gambaran tentang fenomena-fenomena yang terdapat di seputar fokus permasalahan dengan diikuti analisa-analisa dengan tujuan mengadakan interpretasi yang lebih dalam tentang hubungan-hubungan dari fenomena yang terjadi.
3.2 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Penelitian
Obyek penelitian adalah Mahasiswa D3 Teknik jaringan dan computer atau di singkat D3 TKJ Teknik Komputer Jaringan STMIK TASIKMALAYA. Sedangkan waktu penelitian ini dilakukan selama 3 bulan di mulai 16 januari 2009 hingga 12 April 2009.
3.3 Sumber Data
1. Data primer
Data primer menurut Marzuki adalah: “Data yang diperoleh langsung dari sebenarnya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya” (2000: 55)
2. Data sekunder
Data sekunder menurut Marzuki adalah: ”Data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti.........jadi data sekunder berasal dari tangan kedua, ketiga, dan seterusnya, artinya melalui satu atau lebih pihak yang bukan peneliti sendiri (2000: 56). Adapun yang menjadi data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen, arsip, laporan-laporan, catatan-catatan dan data pendukung lainnya yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang berhasil dikumpulkan kemudian ditabulasi dan dihitung score perolehannya. Data yang tidak sesuai dengan kondisi riil setelah dilakukan konfirmasi silang (antara mahasiswa – dosen/provider atau tidak didukung data sekunder) dinyatakan gagal dan score 0 atau sama dengan abstain.
Selanjutnya data yang telah teruji dihitung dan dijumlah. Hasil penjumlahan tersebut kemudian diprosentase dengan membandingkan jumlah maksimal yang dapat. Secara ringkas nilai efektifitas pelaksanaan Program D3 TKJ dirumuskan sebagai berikut: Score di peroleh/ score maksimal X 100%
Hasilnya: 0 s.d 20,99% dinyatakan sangat tidak memuaskan, 21,00% s.d 39,99% dinyatakan tidak memuaskan, 40,00% s.d. 59,99% cukup baik, 60,00% s.d. 79,99% baik dan di atas 80 % dinyatakan sangat baik.
3.5 Populasi Dan Penentuan Sampel
3.5.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006: 89). Sedangkan menurut Riduwan (2006: 55) menyatakan bahwa populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Singarimbun (1995:152), berpendapat populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Jadi populasi adalah objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah provider STMIK TASIKMALAYA.
3.5.2 Sampel
Menurut Riduwan (2006: 56) sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Sedangkan menurut Sugiyono (2006: 90) memberikan pengertian bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut. Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti.
Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan purposive sampling (jugdement sampling). Purposive sampling merupakan teknik non probability sampling yang memilih orang-orang terseleksi oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki sampel tersebut. Dimana dalam penelitian ini, sampel yang dipilih mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri dari populasi yang telah diketahui sebelumnya dan sampel tersebut mewakili segala lapisan populasi. Dengan demikian, sampel yang dipilih memiliki ciri-ciri dari populasi yang dianggap cukup representatif.
3.6 Metode Analisa Data
Tujuan dari analisa data adalah untuk meringkas atau menyederhanakan data agar lebih berarti dan dapat diinterpretasikan sesuai dengan jenis penelitian deskriptif, maka dalam penelitian ini analisa data yang digunakan adalah metode analisa kualitatif yang dimulai dengan membaca, mempelajari, dan menelaah data yang dikumpulkan. Setelah data dikumpulkan maka diadakan penyusunan, pengolahan dan interpretasi data untuk diambil kesimpulan sementara. Marzuki mengatakan bahwa:
- Metode analisa kualitatif atau non statistik, ialah metode yang dalam menganalisa datanya tidak menggunakan perhitungan statistik tapi menggunakan uraian-uraian atau bisa dikatakan bahwa metode kualitatif dilakukan dengan membaca tabel-tabel, grafik-grafik yang tersedia untuk kemudian dilakukan uraian dan penafsiran (2000:87).
Penelitian ini bermaksud mendeskripsikan peran provider STMIK TASIKMALAYA. Sehubungan dengan jenis penelitian deskripsi kualitatif maka analisanya menggunakan analisa induktif, berangkat dari fakta-fakta, peristiwa-peristiwa khusus kemudian ditarik generalisasi yang mempunyai sifat umum atau menarik kesimpulan dari yang khusus untuk menemukan yang umum. Data-data yang diperoleh di lapangan dianalisa dengan menempuh langkah-langkah sbb:
1. Menelaah seluruh data yang tersedia
2. Menyusun data yang berkaitan langsung dengan penelitian secara sistematis, sehingga memberikan gambaran lebih tajam tentang hasil pengamatan, dan
3. Penafsiran data.
BAB IVPEMBAHASAN
4.1 Profil Provider
4.1.1 Nama Provider STMIK TASIKMALAYA
Status : Swasta
Berdiri sejak : 2001
Dibawah Yayasan : Yayasan Pendidikan Visa Kinasya
Ketua Yayasan : Restu Adi Wiyono, M.Sc. , M.Kom
Alamat : Jalan R. E. Martadinata No. 272 A Tasikmalaya 46151 Indoensia.
Telp. +62 265 310 830, 7010 610 | Email: kantorpusat@stmik-tasikmalaya.ac.id
4.2.1 Sarana dan Prasarana
Ruang Kelas (Teori)
Ruang Laboratorium Komputer (Praktikum)
Hotspot Area (Online 24 jam di lingkungan kampus)
Mushola
Terakreditasi BAN-PT dengan SK No. 005/BAN PT/Ak-X/VI/2006
4.3.1 Pelaksanaan Perkuliahan D3TKJ
Mahasiswa program D3 TKJ merupakan hasil penyaringan dari seluruh mahasiswa yang mendaftar di 5 ICT (Information and Communication Technology) yang berada di beberapa wilayah sekitar Tasikmalaya yaitu ICT Kab. Tasikmalaya ICT Kab. Ciamis, ICT Kab Banjar, ICT Kab.Garut. Perkuliahan aktif Mahasiswa D3TKJ Pada hari jumat s/d minggu lama perkuliahan selama 6 jam.
4.2 Profil WPM
Nama : Untoro Bastiar
Alamat : Dsn ganging Ds.sidomulyo Kec
Sidorejo rt/rw:08/02 kab
Magetan
No. Telp/HP : 02168856434
Email : indra_cgh@yahoo.com
Blog : magetan-panas.wordpress.com
4.3 Peningkatan Kapasitas PT Penyelenggara Pendidikan Jarak Jauh.
Untuk meningkatkan daya tampung mahasiswa D3 tkj, Kepala PT STMIK Tasikmalaya telah menambah Gedung kampus di sebelah gedung utama yang telah berdiri. Dengan perkiraan bila Gedung yang baru telah selesai bisa menampung 2x s/d 4x lipat dari jumlah mahasiswa yang sekarang telah ada.
Untuk pemasangan modem Hugges 7700 pada STMIK Tasikmalaya masih belum terpasang. Walaupun belum terpasangnya modem hugges di STMIK Tasikmalaya untuk Pelaksanaan Multicast bisa berjalan dengan koneksi yang di miliki oleh pihak STMIK Tasikmalaya sendiri.
Untuk dana monev provider STMIK Tasikmalaya sudah dikirim ke seamolec.
4.4 Besar Potensi Angkatan Selanjutnya
Untuk potensi angkata selanjutnya setelah saya mengamati di lapangan langsung, peserta yang ingin mendaftar menjadi mahasiswa D3 TKJ sangat banyak. Tetapi karena tempat untuk pembelajaran yang minim pihak provider pun membatasi peserta yang di terima sebagai mahasiswa D3 TKJ.
4.5 Perbandingan Kopetensi Mahasiswa Pendidikan Jarak Jauh Dengan Mahasiswa Reguler
Untuk perbandingan kopetensi D3TKJ dengan Mahasiswa reguler adalah yaitu pada segi teknik. Ada matakuliah yang ada pada kelas regular sama dengan matakuliah pada mahasiswa D3 TKJ tapi tidak bersertifikat.
4.6 Permasalahan Pelaksanaan D3 TKJ
4.8.1 Kendala Pelayanan
4.8.1.1 Provider Perkuliahan.
Permasalahan yang terdapat pada pembelajaran mahasiswa D3 TKJ adalah masih kurangnya jam masuk kuliah dan masih kurang nya pratek pada saat pembelajaran di tempat kuliah. Masih banyaknya mata kuliah yang kosong pada saat D3 TKJ masuk di provider, sehingga membuat mahasiswa D3 Tkj merasa kecewa bila datang dari ICT ke provider, dan ternyata dosen untuk salah satu mata kuliah tidak di tempat atau kosong. Masih ada ICT yang tidak aktif dalam pembelajaran mahasiswa D3 TKJ/belajar mandiri. Untuk koneksi masih ada ICT yang tidak mendapat koneksi dari jardiknas sehingga masih minimnya koneksi internet pada ICT walaupun sudah memakai koneksi Speedy .
4.8.1.2 Koordinasi provider dan ICT Center.
Masih kurang bagus, karena kurangnya komunikasi dengan ICT kadang sampai berselisih tentang pembelajaran mahasiswa D3 TKJ di ICT.
4.8.1.3 Pelayanan ICT Center terhadap mahasiswa D3 TKJ.
Untuk pelayanan masih dirasakan kurang. Sebab yang saya ketahui dan saya langsung mengamati di 2(dua) ICT, kebanyakan mahasiswa mendapat pengajaran di provider saja. Tapi kalo sudah kembali ke ICT mahasiswa D3 TKJ sibuk dengan kerjaan yang telah di bebankan oleh ICT sebelum menjadi mahasiswa D3 TKJ. Dan karena terbatasnya Mahasiswa D3 TKJ banyak sekolahan-sekolahan yang belum bisa menikmati fasilitas internet dari jardiknas.
4.8.1.4 Sekolah Tempat Magang
Untuk tempat magang kebanyakan mahasiswa telah mempunyai tempat magang yang ditentukan oleh ICT. Tetapi masih banyak sekolahan yang belum ada teknisi dari jardiknas dan koneksi internetnya di Tasikmalaya.
4.8.2 Solusi dan Pemecahan Masalah
Provider harus menambah jam tatap muka untuk mahasiswa D3 TJK karena masih ada ICT yang tidak melakukan tugas untuk melaksanakan pembelajaran materi mata kuliah D3 TKJ. Perlu koordinasi yang bagus setidaknya provider mempunyai jam berkunjung ke ICT dan berkumpul bersama-sama dengan penanggung jawab D3 TKJ dan monitoring provider ke ICT paling tidak satu bulan sekali agar ICT tidak merasa di acuhkan atau merasa tidak di anggap oleh provider.
4.7 Potensi Kabupaten /Propinsi
4.7.1 Kota Tasikmalaya
Jumlah mahasiswa D3 TKJ di ICT Kota Tasikmalaya ada 103 mahasiswa. Jam masuk mahasiswa D3 TKJ ke provider 3 hari dalam satu minggu untuk selebihnya mahasiswa di ICT kota Tasikmalaya
Untuk ICT Kota tasikmalaya sudah terhubung dengan internet dan sudah memakai 2 koneksi internet koneksi jardiknas dan Speedy. ICT kota tasikmalaya berada di Pusat kota tasikmalaya akses untuk ke ICT sudah sangat baik. Di ICT kota tasikmalaya untuk kegiatan pembelajaran D3 TKJ berjalan dengan baik, kegiatan-kegiatan pelatihan untuk guru pun masih sering di adakan untuk meningkatkan kinerja guru di kota tasikmalaya.
4.8 Data Jumlah Mahasiswa D3 TKJ per ICT Center per kabupaten/propinsi
4.10.1 ICT Center Kota Tasikmalaya
4.10.1.1 Jumlah Sekolahan yang ada Di Kabupaten/Propinsi
SD/MI : 316
SMP/MTS : 115
SMAN/MA : 53
SMK : 28
4.10.1.2 Rekap Data ICT Center Kota Tasikmalaya
- Jumlah Responden
Di bawah ini grafik tentang perbedaan minat laki-laki dan perempuan mahasiswa D3 TKJ di ICT Center Kota Tasikmalaya.
1.1
Grafik Perbedaan mahasiswa Peminta Jaringan dan computer
Di ICT Center Kota Tasikmalaya laki-laki perempuan
- Status Sebelum mengikuti Teknisi Jardiknas
Grafik di bawah ini menunjukan pekerjaan mahasiswa D3 TJK sebelum mengikuti Teknisi Jardiknas
1.2 Grafik Data Mahasiswa D3 TKJ sebelum mengikuti Teknisi Jardiknas
- Pekerjaan Orang Tua Mahasiswa D3 TKJ
Grafik di bawah ini merupakan grafik pekerjaan orang tua mahasiswa D3 TKJ
1.3 Gambar Grafik Data pekerjaan Orang tua mahasiswa D3 TKJ
- SDM dan Sarana Di Tempat Institusi Magang
Di bawah ini merupakan gambar Grafik SDM dan Sarana Di Tempat Institusi magang mahasiswa D3 TKJ
1.4 Grafik SDM Dan sarana yang ada di tempat magang
- Jaringan Internet
Gambar grafik di bawah ini merupakan Data menjelaskan setiap tempat magang mempunyai jaringan internet yang di pakai selain jardiknas atau dengan koneksi yang lain dan yang belum ada koneksi internet.
1.5 Grafik Jaringan internet yang dipakai di Tempat Magang
- Lama Pemakaian Lab Komputer DI Provider
Grafik di bawah ini menjelaskan Lama pemakaian lab komp di provider STMIK TASIKMALAYA
1.5 Grafik lama pemakaian lab komp di provider.
- Kualifikasi Guru/Staf Tempat Magang
Grafik di bawah ini menjelaskan latar pendidikan pengajar di tempat magang mahasiswa D3 TKJ.
1.6 Grafik Latar belakang pendidikan pengajar di tempat magang.
- Bidang/program studi yang ditekuni untuk meneruskan ke D4/S1
Di bawah ini menjelaskan menjelaskan minat mahasiswa D3 TKJ setelah lulus dan meneruskan ke sarjana.
1.6 Grafik jenjang yang di pilih mahasiswa D3 TKJ
- Saran besarnya SPP per bulan
Grafik di bawah ini menjelaskan berapa nominal uang Sumbangan pokok Pendidikan (SPP) yang di inginkan mahasiswa D3 TKJ.
1.7 Grafik nominal yang dipilih mahasiswa D3 TKJ
- Jumlah Jam Pemanfaatan Laboratorium
Grafik di bawah ini menjelaskan lama dan jumlah pemanfaataan mahasiswa D3 TKJ bila ada jam Praktek computer.
1.8 Grafik lama pemakain lab komp oleh Mahasiswa D3 TKJ
- Sertifikat
Grafik di bawah ini menjelaskan sertifikat yang di dapat per semester mahasiswa D3 TKJ
1.9 Grafik sertifikat yang telah di peroleh selama 6 semester
- Pelayanan Provider Terhadap Mahasiswa D3 TKJ dan Program Teknis Jardiknas
Grafik di bawah ini menjelaskan pelayanan provider terhadap mahasiswa D3 TKJ .
1.10 Grafik Pelayana provider terhadap mahasiswa D3 TKJ
- Manfaat Program Teknisi Jardiknas
Grafik di bawah ini menjelaskan seberapa manfaat program program Teknisi jardiknas.
1.11 Grafik Pendapat tentang Program Teknisi jardikanas terhadap Mahasiswa D3 TKJ
0 komentar:
Posting Komentar